N
1 min readJul 21, 2023

Kelopak Gugur

© story by N

"Yang pertama tumbuh, yang harus paling kuat." —Shaka Abimana.

Pengap sekali hawa kali ini. Panas, gaduh, ramai. Menyesakkan. Lagi-lagi, hanya helaan napas yang keluar dari mulutnya.

Orang-orang berlalu lalang ramai. Berbincang bahagia, bergurau senang, hingga perdebatan kecil di beberapa titik keramaian.

Mata itu menatap iri keramaian di kejauhan sana. Hatinya mencelos sakit menahan iri. Pikirannya kacau. Kalut, ingin seperti mereka.

Dan lagi-lagi, untuk yang kesekian kalinya, dia mengehela napas dengan berat, menahan diri.

Anak pertama harapan orang tua.

Anak pertama bahu keluarga.

Anak pertama panutan sanak saudara.

Oke, berhenti. Bisa-bisanya pikirannya keruh di tengah momen kebahagiaan orang lain. Setidaknya, jangan jadi manusia jahat walau kamu merasa hidupmu begitu berat.

Dia menutup mata sejenak, menghirup udara dalam-dalam, kemudian mulai menghampiri keramaian dengan senyuman.

Dia bisa tertawa walau sebenarnya tawanya palsu.

Dia bisa bergurau walau pikirannya kacau.

Tebal sekali topeng itu. Tapi, dia lupa. Dia lupa bahwa mata tidak bisa berbohong. Sorot itu terlalu sayu untuk orang yang sedang berbahagia.

Tentu saja, mulutnya akan selalu berkata, “Saya baik-baik saja.”

Andai mereka tahu,

Kelopak itu mulai gugur satu persatu. Sudah sejak lama.

Yang pertama tumbuh, yang harus paling kuat. Tapi, mungkin, dia memang ditakdirkan untuk gugur duluan.

N
N

Written by N

Semoga kamu lekas menemukan fajarmu, semoga saya lekas melupakanmu.

No responses yet